Suasana Tempat Pemungutan Suara (TPS) di gedung Q Kampus II UIN Walisongo, Fakultas Sains dan Teknologi pada Selasa (19/12)
(Foto/ Furqon)


Semarang, KABARFREKUENSI.COM – Pesta demokrasi Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) UIN Walisongo mengundang kecewa sebagian mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Selasa, (19/12). Ketidaktahuan terkait adanya kebijakan pembatasan waktu mencoblos, membuat mereka  tidak dapat memilih karena terlambat.

“Saya tidak tahu kalau pembatasan mencoblos hanya sampai pukul 14.00 WIB. Tadi saya habis kuliah langsung ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tapi, disuruh pulang lagi karena sudah terlambat, ” keluh Afdholi.

Sebenarnya mahasiswa Jurusan Biologi tersebut datang ke TPS pada pukul 13.30. Namun, karena prosedur pengumpulan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) sebagai prasyarat pencoblosan hanya sampai pukul 13.00 WIB, ia pun terpaksa tidak dapat ikut mencoblos.

Afdholi mengaku jika ia tidak mendapat pengumuman terkait adanya pembatasan waktu mencoblos. Sehingga, ia dan teman-teman satu kelasnya tidak mengumpulkan KTM tepat waktu.

“Seharusnya himbauan tersebut diumumkan jauh-jauh hari,” tegas Afdholi.

Menurut Nur Fadhilatur selaku Koordinator Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) FST, kebijakan pembatasan waktu pencoblosan merupakan hasil musyawarah antara KPM dan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu). Tahun sebelumnya batas pencoblosan hingga pukul 16.00 di semua fakultas. Namun, batas waktu tersebut dirasa terlalu sore dan mahasiswa banyak yang menyepelekan untuk datang ke TPS.

“Waktu pencoblosan dari pukul 09.00-14.00. Pukul 12.00 yang biasanya digunakan panitia Pemilwa  untuk istirahat, tahun ini tetap digunakan sebagai waktu mencoblos. Efisiensi waktu,” ungkap Dila sapaan akrabnya.    

Dila mengungkapkan jika pihak KPM sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait batas pemungutan suara kepada masing-masing komting FST, DPP dan DPW. Namun ia mengakui jika sosialisasi tersebut dilakukan secara masif dan hanya pada mahsiswa angkatan 2017. Sedang, sosialisasi terhadap mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 dilakukan kurang optimal. (Kabar/ Red. Esther/ Rep. Puji)