Ilustrasi/ google.com

Oleh: Nuurus Syifaail Qolbi Alyssa Putri*

Di ujung masa yang awal, tak ada diksi baru yang tercipta
Dekapan empat musim yang berteduh di langit tak kunjung menuang inspirasi di kepala
Bahasa cuaca yang menelan basah tak jua memunculkan kuntum puisi di hamparan kertas yang terlelap di atas meja
Sabit yang berbagi cahaya di persimpangan malam pun tak mampu mencerahkan ruang diksi yang redup di semesta bahasa
Jemari lentik yang biasanya memfatwakan puing restu pada serat kayu yang asik bertebaran, justru punah tertelan kemustahilan
Kata bermakna seolah raib tanpa tanda
Mengais sastra mendadak menjadi kekangan dengan bisikan "enggan" yang berkicau membatasi tindakan
Hingga pelepah-pelepah menunduk membahasakan tuanya ia bersajak di kaki bumi, logika tak pernah sanggup meraih apa yang ia hilangkan, tak jua menemukan apa yang ia lepaskan
Ada yang lenyap, bukan barang bukan pula seseorang


*) Kru Magang LPM Frekuensi Jurusan 
Pendidikan Matematika Angkatan 2017