Dok. Pribadi |
Judul
Asli :
The Dancing Wu Li Masters An Overview of the New Physics
Judul
Terjemahan: Makna Fisika Baru dalam Kehidupan
Pengarang :
Gary Zukaf
Penerjemah :
Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudiyartanto
Penerbit :
Kreasi Wacana
Tahun
Terbit : 2003
Halaman :
x + 400 hlm
Peresentator :
Lianita Anggraini
Fisika
berasal dari bahasa yunani, “physics” yang berarti alam, sedang ilmu fisika
adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat dan fenomena alam atau gejala alam
serta seluruh interaksi yang ada di dalamnya. Membincang tentang fisika memang
acap kali membuat minat berkurang karena adanya justifikasi negatif bahwa
fisika itu sulit. Akan tetapi, kesulitan yang ada di dalam fisika sejatinya
berada pada peran matematik atau perhitungannya. Hal ini dipaparkan oleh Gary
Zukaf selaku penulis buku The Dancing Wu Li Masters An Overview of the New
Physics yang diterjemahkan dalam buku Makna Fisika Baru dalam Kehidupan
terbitan tahun 2003.
Gary
Zukaf berasal dari San Fransisco, ia menuliskan pengalamannya bersama dengan
empat orang fisikawan yang tak lain adalah teman sejawatnya. Ia mengemas
pengalamannya dengan dipadupadankan teori-teori fisika seperti teori mekanika
kuantum dan relativitas. Uniknya, ia juga mengaitkannya pada ilmu filsafat.
Sehingga, kita tidak hanya disuguhkan rumus-rumus seperti di dalam bangku pendidikan.
Tetapi, kita diajak untuk berpikir di luar itu dengan memahami esensi dari
fisika sendiri, dengan kata lain, kita diajak untuk berpikir secara bebas
terkait hal-hal yang bersifat non materiil.
Di
dalam kehidupan kita kerap dihadapkan pada berbagai polemik politik, sosial,
ekonomi, maupun budaya. Akan tetapi, selama ini kita hanya dihadapkan pada
problema fisis (empiris) dan tertutup pada persoalan dunia kuantum (metafisis).
Padahal, secara tidak disadari pokok atau dasar dari segala permasalahan di
dunia terletak pada apa yang ada di dalam dunia kuantum.
Definisi
dunia kuantum ialah apa yang mewujudkan dunia non kuantum (realita), antara
kedua dunia tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan berkaitan erat dengan
sesuatu yang nyata dan dapat dirasakan namun yang menjadi pembeda ialah dunia
kuantum tidak dapat bereksistensi. Padahal, dunia kuantum sangat penting dalam
menentukan kehidupan manusia bahkan peradaban dunia karena dunia kuantum
sendiri meliputi tiga level yakni pikiran, perasaan dan spiritual yang
merupakan sebuah dasar atau fundamental dari kepribadian manusia.
Dunia
kuantum tidak dapat lepas dari teori fisika kuantum dimana di dalamnya terdapat
berbagai kuanta (energi) yang dapat mempengaruhi apa yang ada di dalam dunia
kuantum. Sedangkan pada dunia realita, terbangun atas berbagai nasib manusia
yang dibangun di atas berbagai karakter ciptaan dari kebiasaan (kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang). Dari sini, kita dapat menarik satu persoalan,
sebenarnya apa yang ada di balik kebiasaan manusia itu sendiri? Sesuatu yang
tak nampak namun berdampak besar bagi kehidupan.
Hukum-hukum
fisika kuatum itulah yang dapat dijadikan landasan untuk menjawab berbagai
polemik kehidupan, yaitu merubah pola pikir masyarakat dengan menggugah dunia
kuantum mereka melalui alat dari dunia kuantum itu sendiri yaitu gelombang dan
beberapa unsur kimiawi dan membuktikan salah satu ayat Al-Qur’an Q.S 13:11 yang
berbunyi “Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib satu kaum hingga mereka
merubah apa yang ada pada diri mereka (jiwa/qalbu).”
Selain
penerapan hukum fisika kuantum, kita juga bisa menerapkan konsep teori lubang
cacing (relativitas) Einstens. Dimana di dalam teori tersebut, dijabarkan
bahwasanya dimensi dunia tidak hanya dimensi kasat mata karena dibalik dimensi
eksistensi selalu ada dimensi nyata yang bersifat samar-samar.
Buku
ini mengajak kita membuka mata bahwa masih ada dimensi lain selain alam yang
fana ini dan sangat cocok dibaca oleh pendidik maupun anak didik yang bergelut
di bidang sains. Sayangnya, buku ini terlalu banyak mengemukakan teori dengan
bahasa yang sulit dipahami. Sehingga, perlu penafsiran yang lebih mendalam
untuk memahami isi buku ini. Selamat Membaca!
Lebih Dekat