Penyampaian materi Workshop Hutan Itu Indonesia oleh perwakilan Kophi di Gedung K8 dan K9 (Foto/ Riza) |
Semarang, KABARFREKUENSI.com – Masihkah Indonesia menjadi penyuplai oksigen bumi terbesar ketiga di dunia? Mengingat bahwa Indonesia menjadi negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar ketiga setelah Brasil dan Kongo. Namun, Indonesia pula yang mengalami kerusakan hutan paling cepat setiap tahunnya, yakni sekitar 680.000 hektar per tahun. Abdul Gofar, aktivis lingkungan dari Kelompok Pecinta Alam (KPA) Pastunwali, menjelaskan jika hal itu disebut dengan deforestasi, yang diungkapkannya saat menjadi pemateri pada kegiatan workshop hutan itu Indonesia, Sabtu (29/04) di Gedung K8 dan K9 Kampus II UIN Walisongo Semarang.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan Koalisi Pemuda Hijau Indonesia
(Kophi) Jawa tengah bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Biologi,
LPM Frekuensi, dan KPA Pastunwali tersebut, Abdul Gofar mengungkapkan ada
beberapa faktor yang menyebabkan deforestasi. Antara lain, peralihan hutan
lindung menjadi hutan industri, seperti mengubah hutan hujan tropis menjadi
hutan jati atau perkebunan sawit yang memiliki nilai jual. Selain itu,
masyarakat lokal disekitar hutan juga menjadi penyumbang terbesar deforestasi.
”Masyarakat membuka lahan hutan lindung menjadi area perkebunan skala kecil,
yang apabila didiamkan akan menghilangkan area hutan kita,” jelas Gofar. Ia pun
menembahkan deforestasi yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan
berkurangnya ketersediaan air tanah dan udara bersih, serta bencana-bencana
lainnya.
Menurut Fika R. Izza, selaku pemateri dua dari Kophi, mengatakan
perlu adanya penyadaran pada seluruh masyarakat untuk melindungi hutan di
Indonesia. “Menjaga hutan tidak hanya tanggung jawab salah satu pihak saja,
namun seluruh stakeholders juga harus ikut terlibat,” tutur Fika. Oleh
karena itu, Ia dan teman-teman kophi mengajak untuk melindungi hutan dengan
mengkampanyekan perlindungan hutan Indonesia dalam keadaan sehat. “Kami ingin
merubah mindset masyarakat untuk mengenal Indonesia sebagai negara yang
memiliki hutan terbesar ketiga di dunia,” tambah Fika. Dalam kegiatan itu pula
dilakukan pengajuan petisi untuk membuat Hari Hutan Indonesia yang jatuh pada
13 Mei.
Gofar, sapaan akrabnya, menghimbau bila melakukan penanaman tidak
hanya bersifat seremonial saja, tetapi juga harus ada tindakan lanjut dengan
merawat apa yang sudah ditanam. Ia pun menambahkan jika sebagai generasi muda
kita bisa melakukan upaya menjaga lingkungan atau meminimalisasi deforestasi
dengan melakukan kampanye menjaga hutan, membuat wacana, melakukan riset
terkait lingkungan sebagai referensi penyelamatan lingkungan dan tidak lupa
melakukan advokasi. “Kita bisa melakukan kampanye, membentuk wacana, penelitian
terhadap lingkungan dan advokasi untuk melestarikan hutan sebagai bekal anak
cucu kita di masa yang akan datang,” ajaknya. (Kabar/ Esther)
Lebih Dekat