Dok. Internet

Adakah pilihan selain bunuh diri? ketika hidup hanya ditindas orang lain, mendapatkan segala makian, dan mendengarkan segala bentuk “Suara” yang menghantuimu.


Kasus pem-bully-an selalu saja terjadi. Setiap tahun, setiap bulan bahkan setiap hari di negara manapun pasti ada seseorang yang tertindas. Baru beberapa waktu yang lalu dua kasus pembullyan yang jangka waktunya berdekatan terjadi di Indonesia. Yakni, kasus yang menimpa seorang mahasiswa berkebutuhan khusus di salah satu universitas ternama dan seorang siswi sekolah menengah pertama. Pembullyan yang selalu saja terjadi bisa jadi yang menginspirasi mangaka Yoshitoki Oima untuk membuat karya berjudul Koe no Katachi / A Silent Voice ( atau Shape of Voice dalam terjemahan lain).

Manga Koe no Katachi yang ternyata sukses kemudian diadaptasi ke dalam film movie oleh studio Kyoto Animation dengan judul yang sama. Disutradarai Naoko Yamada dan naskah oleh Reiko Yoshida, film ini telah rilis pada bulan September 2016 dan ditonton jutaan orang di dunia.

Berkisah tentang penebusan dosa seorang remaja Jepang bernama Shoya Ishida kepada Shoko Nishimiya. Dulu pada saat SD, Nishimiya merupakan siswi pindahan di sekolah Ishida. Nishimiya seorang tuna rungu. Ia tidak bisa berbicara layaknya anak pada umumnya. Maka, dia mencoba berkomunikasi dengan orang lain menggunakan sebuah buku. Ishida yang nakal selalu menjahili Nishimiya mulai dari membuang buku catatannya, mencoret-coret meja, mengageti dan lainnya. 

Walau selalu mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari Ishida, sikap rendah hati Nishimiya membuatnya memaafkan perlakuan Ishida dan bahkan ia yang meminta maaf dan ingin berteman dengan Ishida. Bukannya menerima hubungan tersebut, Ishida justru merasa muak dan menambah perlakuan tidak menyenangkan kepada Nishimiya. Ishida dan teman-temannya semakin menjahili Nishimiya. Singkat cerita Ishida mengambil paksa alat bantu pendengaran dari telinga Nishimiya. Alhasil, telinga Nishimiya berdarah dan beberapa hari kemudian tidak berangkat ke sekolah.

Orang tua Nishimiya melaporkan keadaan yang dialami anaknya ke pihak sekolah. Ishida harus bertanggung jawab terharap apa yang dilakukannya. Esoknya, bagai karma Ishida menerima bermacam penindasan dari kawan-kawannya dikarenakan Nishimiya pindah sekolah lagi. Hari-harinya diisi dengan penindasan dari kawan-kawannya. Dia berubah menjadi pribadi anti sosial, pendiam dan takut berinteraksi dengan orang lain.

Ketika SMA, Ishida sama sekali tidak memiliki kawan. Ia menyendiri dan menjauhi interaksi apapun bahkan ia berjalan dengan menutup telinga. Bahkan ia pernah berniat bunuh diri namun gagal karena teringat Nishimiya. Ia ingin menebus kesalahannya dan tidak ingin melihat Nishimiya sedih.

Film A Silent Voice menyusul kesuksesan anime Jepang sebelumnya yakni Kimi no Nawa atau Your Name. Penonton yang telah menonton film Kimi no Nawa pasti akan tersugesti bahwa film ini mempunyai genre yang sama dengan pendahulunya yakni romance. Namun ternyata lebih dekat dengan persahabatan dan slice of life. Dengan durasi dua jam lebih, film A Silent Voice menampilkan sebuah cerita dengan sensitifitas yang tinggi. Penonton akan dibuat baper dengan adegan-adegan yang ada didalamnya.

Film ini membuat kita menerung. Bagaimana nasib dan perasaan yang dialami oleh mereka yang lahir dengan keadaan yang berbeda. Mereka tidak ingin dikasihani, mereka hanya ingin diakui dan tidak dianggap berbeda serta dapat merasakan apa yang orang biasa rasakan. Mereka sadar tidak bisa menolak takdir yang diberikan tuhan kepadanya.

Jika dilihat lebih lanjut sebenarnya kenakalan-kenakalan yang dilakukan Ishida ketika kecil tak jauh beda dengan apa yang pernah kita lakukan ketika kecil. Sekedar mengejek nama, mengaget-ngageti ataupun menyembunyikan barang milik kawan dirasa seru dan tidak masalah. Namun hati orang tidak ada yang tahu, perbuatan kecil yang dianggap biasa seringkali menyakiti hati orang lain. Alhasil korban kejahilan itu menjadi depresi dan frustrasi.

Di sisi lain, kita diperlihatkan bagaimana sosok Ishida Shoya yang tidak memiliki kekurangan fisik, semula ceria, nakal, dan bersemangat berubah 180o menjadi sosok yang pendiam, muram, intovert dan anti sosial. Hal ini tidak lain karena dampak dari pengucilan dari teman-temannya. Pengucilan dan penindasan yang terjadi membuat orang kadang berpikir singkat untuk melakukan bunuh diri. Betapa berbahaya sebuah kenakalan kecil yang berdampak hilangnya nyawa seseorang.

Semua emosi penulis tersampaikan pada karakter dan alur cerita Koe no Katachi. Alur yang tidak mudah ditebak dan ending dari cerita yang tidak disangka membuat penonton terkejut dan kagum dengan karya Yoshitoki Ouma ini. Kyoto Animation juga tidak setengah-tengah dalam mengeksekusi film ini. Hasilnya bisa dilihat dari detail setiap frame-nya yang elok. Bolehlah dikatakan Film A Shape of Voice ini bisa bersaing dengan karya-karya Makoto Shinkai. [Paul]



Judul                       : Koe no Katachi / Shape of Voice / A Silent Voice
Sutradara                : Naoko Yamada

Mangaka                 : Yoshitoki Oima
Penulis Naskah       : Reiko Yoshida
Tayang                    : September 2016
Durasi                     : 2 Hr.10 min
Rumah Produksi     : Kyoto Animation
Negara                    : Jepang
Resensator             : Syifa’ul Furqon