Ilustrasi : Google.com


Semarang, KABARFREKUENSI.COM – Akhir Desember ini, mahasiswa UIN Walisongo tengah sibuk melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) sebagai bentuk evaluasi akhir mahasiswa selama satu semester. Tak seperti kebanyakan perguruan tinggi lain yang menggunakan sistem UAS dengan jadwal sudah ditentukan tiap mata kuliah (makul) oleh pihak kampus, UIN Walisongo memilih menggunakan sistem UAS dengan jadwal yang global. Sistem seperti ini diterapkan di semua fakultas yang ada di UIN Walisongo, termasuk Fakultas Sains dan Teknologi (FST).

Di FST, jadwal UAS semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 telah ditetapkan dari 18-30 Desember 2017.  Namun, jadwal tiap mata kuliah tidak dijelaskan oleh pihak akademik. Praktiknya, dosen tiap makul bebas memilih hari untuk melaksanakan UAS apabila proses perkuliahan selesai sesuai ketentuan jadwal dari pihak fakultas. .

Menanggapi sistem jadwal UAS yang tidak diperinci, Lianah, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik berpendapat jika setiap perguruan tinggi berhak mengatur dirinya sendiri. Oleh sebab, itu kebijakan-kebijakan di setiap perguruan tinggi tidak semuanya sama. Hal ini didasarkan pada keputusan dari pimpinan yang ada di atas. Ia juga mengungkapkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan sistem pelaksanaan UAS dilakukan seperti ini.

Jadi sampai saat ini UAS di UIN Walisongo diselenggarakan karena bermacam-macam faktor, ada faktor biaya, faktor ruangan, dan faktor kurangnnya jumlah pengawas,” ungkap Lianah pada Jumat, (22/12).

Salah satu dosen Matematika, Ulliya Fitriyani juga menjelaskan, bahwa semuanya sudah terjadwal. Mulai dari ketentuan kapan perkuliahan akan dimulai, Ujian Tengah Semester (UTS) hingga UAS. Akan tetapi, untuk pelaksanaannya bergantung pada dosen pengampu.

“Dari awal perkulihan ada rapat dosen tentang jadwal perkuliahan isinya ada SK, jadwal mata kuliah, dan kalender akademik. Jadi, sudah ditentukan kapan mulai perkuliahan, kapan UTS maupun UAS. Jadi untuk pelaksanaan UAS tinggal tergantung dosennya,” jelas Ulliya.

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Lianah bahwa pelaksanaan UAS bergantung pada dosen pengampu mata kuliah masing-masing, karena setiap dosen pasti memiliki berbagai kepentingan.

“UAS sudah terjadwal, tetapi penyelenggaraannya kapan itu bergantung pada dosen, baik itu pagi, siang, sore dan kapanpun boleh,” tutur Wadek I tersebut.

Lianah pun meyakini jika sistem seperti ini pasti sangat menguntungkan bagi mahasiswa. Hal ini membuat para Mahasiswa dapat mengatur waktu belajarnya dengan lebih baik.

Di segi lain saya yakin mahasiswa lebih untung,“ imbuhnya.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Yeyen Nilmalasari, mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika. Menurutnya, sistem tersebut sangat membantu dan tidak memberatkan mahasiswa dibandingkan dengan sistem yang diterapkan perguruan tinggi lain. Akan tetapi, dalam pengemasan sistem tersebut masih kurang rapi dan kurang teratur.

Menurut saya sistemnya sudah sangat membantu karena biasanya kalau di universitas lain sudah di jadwalkan dalam satu hari ada beberapa makul yang di UAS-kan, jadi dalam satu hari kita harus belajar dengan cepat. Sedangkan kalau sistemnya seperti inikan agak meringankan jadi dalam satu hari kadang ada yang UAS kadang tidak. Namun disisi lain dalam pengemasan sistem tersebut kurang rapih dan kurang teratur,” Jelas Yeyen

Melebihi Jadwal

Meski jadwal UAS telah ditetapkan, masih banyak pula UAS mata kuliah tertentu yang melampaui dari jadwal seharusnya. Bahkan ada pula yang masih melakukan proses perkuliahan. Hal ini pun menimbulkan selesainya perkuliahan antar mahasiswa tidak sama.

Hal ini pun hampir dialami oleh Reza Fatah Ilham, dari jurusan Pendidikan Kimia. Ia mengakui sistem UAS yang saat ini diterapkan sudah bagus. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya kurang diberikan pengawasan yang lebih, sehingga terkadang ada dosen yang mengadakan UAS melampaui jadwal yang telah ditetapkan.  

“Sistemnya sudah bagus, tetapi disini dalam sistem tersebut kurang adanya pengawasan jadinya kita merasa seperti terombang-ambing karena menunggu keputusan dosen, bahkan untuk kelas kami sendiri ada dosen yang meminta UAS di bulan Januari, namun kami menolak,” aku Reza.

Lianah pun menjelaskan jika ia sedang mengupayan agar kedepannya dapat melaksanakan UAS yang lebih standar dan lebih berkualitas. Akan tetapi karena Fakultas tersebut masih merupakan fakultas baru maka diperlukan proses yang cukup panjang.

Memang untuk sementara ini saya sedang mengupayakan, kalau bisa suatu saat nanti kita akan melaksanakan UAS yang lebih standar dan berkualitas. Namun karena kita belum berumur 3 tahun itu artinya masih berproses dan belum stabil,” pungkasnya. (Kabar/ Diah)