(Sumber : Pinterest/Nicolette Young)

Di sebuah pedesaan, terdapat keluarga kecil yang hidup sederhana jauh dari segala kemewahan. Tepat tanggal 09 April 2005 lahirlah seorang bayi kecil perempuan yang sangat cantik.  Rini Muslimah adalah nama yang diberikan oleh orang tuanya. Cantik sekali, bukan? Rini terlahir dari keluarga sederhana, ayahnya seorang petani dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Satu setengah tahun Rini dilahirkan, ibu dan ayahnya memutuskan untuk merantau bekerja demi membesarkan Rini.

"Ayah, ibu tidak tega jika harus meninggalkan Rini yang masih kecil dan masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu ." ujar Ibu Rini yang gelisah akan keadaan sang putri kecilnya itu

"Bu, ini sudah dipikirkan matang-matang. kita melakukan ini demi putri kecil kita, bu.." sahut ayah Rini seraya menenangkan hati sang istri

Mendengar percakapan Ayah dan ibunya Rini, nenek Rini yang bernama Suyati berkata bahwa biarlah beliau yang membesarkan. Tentu tidaklah mudah, seorang nenek berumur 40 tahun merawat seorang bayi yang usianya baru menginjak satu tahun.

"Biarlah cucuku besar denganku, akan aku jaga dan aku besarkan Rini. Asalkan kamu nak,  jangan pernah lupa untuk selalu mengabari anakmu disini," ucap Suyati.

Ibu dan ayahnya Rini kemudian memutuskan pergi meninggalkan mereka. Ibunya pergi merantau ke Malaysia sedangkan ayahnya ke Medan. Seiring berjalannya waktu, Rini yang dibesarkan oleh kakek dan neneknya tumbuh menjadi anak yang cantik, cerdas,dan pintar.

"Malang sekali nasibmu nak, diumur ini seharusnya kamu mendapatkan kasih sayang dari orang tuamu tetapi kamu harus menerima kenyataan ini." batin Suyati sambil merapikan rambut panjang Rini.

4 tahun sudah berlalu, ibu dan ayahnya tak kunjung pulang. Tepat tanggal 09 April 2010 Rini memnginjak umur 5 tahun, Rini mulai masuk ke taman belajar. Di sekolah dia selalu mendapatkan juara kelas.

Suatu ketika kakek dan neneknya mengajak Rini untuk pergi jalan-jalan ke kota. Rini diajak ke salah satu tempat wisata terkenal di desanya. Rini menikmati momen liburan ini dengan sangat bahagia, namun terselip raut muka sedih dari neneknya.

" Bahagia selalu cucuku, anak pintar , cantik nan menggemaskan." ujar Suyati sambil mencium kening cucunya itu

Tepat umur 8 tahun dan memasuki kelas 3 SD, ibu dan ayah Rini kembali pulang setelah meninggalkan Rini hampir 7 tahun. Kedatangan kedua orang tua Rini ke rumahnya menjadi tanda tanya, siapakah dia? Terdapat keperluan apa? Rini bertanya kepada kakek dan neneknya itu.

"Nduk, ini ayah dan ibumu, mereka baru saja pulang bekerja. Dekati mereka, cium tangannya."

Tanpa berlama-lama, Rini kemudian mendekati kedua orangtuanya lalu mencium tangannya. Ayah Rini yang sudah tidak kuat menahan rasa rindunya dengan sang putri, akhirnya menggendong, memeluk, dan mencium putrinya. Ibunya pun melakukan hal yang sama. Seiring berjalannya waktu Rini mulai menerima kedua orangtuanya itu, dan perlahan Rini terbiasa memanggil mereka dengan sebutan ayah dan ibu, karena sejauh ini Rini tidak mengetahui kalau mereka adalah orangtuanya, yang Rini ketahui kedua orangtuanya adalah kakek dan neneknya.

Ayah dan ibunya memutuskan untuk tidak bekerja di luar lagi, mereka memutuskan untuk bekerja di dekat rumahnya sambil menemani perkembangan sang putri. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani yang hasil per-harinya cukup untuk makan dan kebutuhan lain. Hari demi hari dan tahun demi tahun berlalu, Rini mulai beranjak dewasa. Rini termasuk anak yang cerdas, selalu mendapatkan juara kelas, berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik, selalu menjadi delegasi perwakilan sekolah untuk mengikuti kegiatan perlombaan.

Singkat cerita Rini yang sudah beranjak dewasa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Rini memasuki sekolah menengah atas. Keinginan Rini untuk sekolah menengah di sekolah favorit seketika lenyap ketika tidak mendapatkan restu dari kedua orangtuanya itu. Salah satu penyebabnya adalah ekonomi yang tidak mencukupi.

"Ibu, adek pengen banget sekolah di sekolah impian adek, Bu. Adek sudah memimpikan ini jauh sebelum adek lulus SMP" ujar Rini.

"Nduk, sekolah di sana biayanya cukup mahal. Jarak dari rumah ke sekolah juga jauh. " tegas sang ibu.

Mendengar perkataan ibunya, Rini kemudian berfikir dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah yang dekat dengan rumahnya, mengikuti arahan orang tuanya. Dia diterima di SMAN 1 dengan jurusan MIPA.

Rini punya mimpi yang sangat tinggi. Dia bercita-cita menjadi seorang dokter. Sejak kecil dia sangat menginginkan hal ini, alasannya ingin menjadi dokter karena tugas dokter yang sangat mulia. Namun sedikit terbesit dalam benak dan pikirannya bahwa masuk kedokteran tidak mudah, belum juga biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit.

"Tidak apa-apa, saat ini aku fokus belajar dan mencari informasi seputar beasiswa, siapa tau Tuhan memberikan petunjuk" batin Rini

Pada saat kumpul keluarga, kakeknya bertanya kepada  Rini

"Nduk, cita-citanya ingin menjadi apa?"

"Rini ingin menjadi dokter, Kek" dengan spontan Rini menjawab

Kedua orangtuanya serta kakek dan neneknya hanya tersenyum manis.

Tidak terasa, masa-masa sekolah menengah hampir usai. Kini Rini mulai mencoba mengikuti pendaftaran mahasiswa baru. Ternyata Rini sering diolok-olok oleh teman-temannya akibat dia ingin menjadi seorang dokter.

"Mana ada anak seorang petani yang mampu menyekolahkan anaknya sampai menjadi dokter?," ujar salah satu teman Rini.

Rini yang mencoba tidak emosi akhirnya menangis, salah satu teman kelasnya menghampiri dan menenangkan Rini.

"Sudahlah Rin jangan didengarkan perkataan mereka, mereka hanya ingin menjatuhkan kamu aja, jangan pernah tergiur."

"Iya makasih banyak, ya." jawab Rini

Rini selalu belajar setiap hari sampai larut malam karena dia ingin membuktikan ke mereka bahwa anak seorang petani juga bisa kuliah dan bisa menjadi seorang dokter hebat. Suatu malam Rini tertidur pulas. Dia bermimpi bahawa ada sesuatu kejutan yang akan datang. Terdapat jas putih, alat-alat canggih, yang tergantung dalam kamarnya itu.

Keesokan harinya sebelum Rini berangkat sekolah.

"Ibu doakan Rini ya dalam menggapai mimpi Rini ini, temani Rini dalam berproses ya, Bu."

"Iya sayang. Doa ayah, ibu, kakek, dan nenek selalu buat kamu. Semangat putri ibu." ujar Ibunya sambil mencium kening Rini

Rini kemudian memberanikan diri untuk mendaftar jurusan impiannya itu, kedokteran di salah satu universitas ternama. Rini mendaftar melalui jalur prestasi.

Rini tak pernah berhenti berdoa dan berusaha, selalu sabar dan tegar menghadapi tantangan dalam menggapai mimpinya itu. Juga acuh dengan orang-orang yang tidak suka dengannya. Rini juga mendaftar program beasiswa, siapa tau ini juga menjadi rezekinya Rini agar bisa meringankan beban kedua orangtuanya.

Detik-detik pengumuman hasil, Rini sempat menangis sebelum pengumuman. Didampingi kedua orangtuanya, Rini membuka hasil pengumunannya. Ternyata Rini lolos menjadi mahasiswa kedokteran dan lolos program beasiswa. Tangis bahagia keluarga itu sangat terasa sekali. Tak henti-hentinya rasa syukur terucap dari mulut Rini dan kedua orangtuanya itu.

8 tahun mengejar mimpi menjadi dokter merupakan perjuangan yang sangat luar biasa. Tepat tahun ini Rini dilantik menjadi seorang dokter dan mendapat gelar. Impian Rini selama ini akhirnya tercapai. Rini mampu membuktikan ke dunia bahwa seorang anak petani mampu menjadi seorang dokter. Doa dan usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Pegang omongan orang yang selalu menjatuhkanmu sebagai sumber motivasimu.

"Mimpiku adalah masa depanku." ujar Rini dengan bahagia.

 (Cerpen/Sri Rahayuningsih)