Sumber Dokumentasi: www.harianpijar.com

Semarang, KABARFREKUENSI-Bagi banyak mahasiswa, kehidupan kampus bukan hanya semata soal menghadiri kelas, mengerjakan tugas, atau mengejar nilai. Kehidupan kampus juga dapat menjadi kesempatan untuk mengembangkan karakter, membangun relasi, dan mempersiapkan masa depan. Salah satu cara terbaik untuk melakukan itu adalah melalui organisasi mahasiswa. Mahasiswa yang mengikuti organisasi mahasiswa memiliki privilege tersendiri dan dapat menuai banyak benefit positif. Ada banyak organisasi mahasiswa yang dapat diikuti baik itu BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) atau dibeberapa kampus disebut DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa), HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), bahkan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Semua organisasi tersebut menawarkan kesempatan belajar di luar kelas. Namun sayangnya sebagian mahasiswa masih ragu untuk terlibat karena khawatir ikut organisasi akan mengganggu studi mereka.

Organisasi pada kenyataannya, justru malah mendukung pembelajaran akademik. Saat pembelajaran di kelas mahasiswa mempelajari teori dan pengetahuan sementara di organisasi mereka berlatih cara berkomunikasi, berkolaborasi, mengelola acara, dan menyelesaikan masalah bersama sama. Berdasarkan artikel yang diunggah pada website indonesiana.id mengatakan bahwa 56% perusahaan lebih memprioritaskan pengalaman kerja daripada nilai akademik. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi memberikan nilai penting bagi masa depan.

Ketika seorang mahasiswa memegang jabatan seperti ketua panitia atau pengurus inti, ia harus berpikir lebih dari sekedar kepentingan pribadi. Kepengurusan dalam suatu organisasi memiliki program yang harus dijalankan, anggota yang perlu dipimpin, dan keputusan yang harus diambil saat bearada di ujung masalah. Proses ini melelahkan tetapi dengan itu semua akan  menumbuhkan jiwa kepemimpinan, keberanian, dan rasa tanggung jawab. Pelajaran seperti ini sulit diperoleh jika seorang mahasiswa hanya terpaku pada akademik.

Mahasiswa yang bergabung dalam suatu organisasi memang akan sangat menguras energi. Terkadang jadwal kegiatan bertabrakan dengan kelas, tugas menumpuk sementara acara tetap harus berjalan, atau bahkan muncul konflik internal dalam organisasi tersebut. Situasi seperti ini mungkin membuat sebagian mahasiswa memilih mundur dan kembali fokus pada kuliah. Namun sebenarnya hal inilah yang harus membuat kita tertantang untuk memprioritaskan, mengatur waktu, dan menyelesaikan masalah dengan dewasa bukan malah menyerah begitu saja. Kesulitan seperti ini yang sering kali berubah menjadi pelajaran berharga ketika mahasiswa memasuki dunia kerja.

Meskipun begitu keseimbangan tetap penting dan perlu ditekankan. Mahasiswa harus ingat bahwa tanggung jawab utama mereka adalah studi. Terlalu sibuk berorganisasi tanpa manajemen waktu yang baik bisa menimbulkan masalah. Jika mahasiswa mampu menemukan keseimbangannya mereka akan lulus tidak hanya dengan prestasi akademik tetapi juga dengan pengalaman yang memperkaya perkembangan pribadi dan profesional mereka. 

Kabar: Fitrotul Uyun (Kru Magang LPM Frekuensi 24)

Editorial: Dian Nur Hanifah (Kru LPM Frekuensi 23)