Ilustrasi: google.com


Selamatkan Kehidupan dengan Menumbuhkan Rasa Kepedulian Terhadap Konservasi Alam

Global Warming atau dalam bahasa Indonesianya Pemanasan Global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata permukaan. Daerah pegunungan yang dulu terasa sejuk dan dingin sekarang sudah menjadi panas. Dalam waktu belakangan ini perubahan iklim yang ekstrim dan bencana-bencana alam sering terjadi diberbagai belahan dunia. 

Penyebab utama dari pemanasan global adalah proses siklus yang terjadi di alam semesta dari waktu ke waktu. Dampak yang dirasakan sekarang ini hanyalah awal dari permulaan fase destruktif yang meningkatkan intensitasnya dalam waktu 5-10 tahun ke depan.

Es Kutub Menjadi Korban

Global Warming berdampak langsung pada kondisi kutub Utara dan Selatan. Seperti diketahui dikedua kutub terdapat dua jenis, yaitu es musiman, yang terbentuk saat musim dingin tiba, dan es abadi, yang tebal dan tidak mencair sepanjang tahun Selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang signifikan dalam es abadi. Pantauan citra satelit oleh Dr. Son Nghiem seorang ilmuwan di badan antariksa NASA, menunjukkan hasil pengurangan terjadi hingga 14 persen atau wilayah seluas Texas maupun Turki. Selain itu menurut Dr. Mark Serreze (seorang ilmuwan khusus yang mengawasi es lautan di Universitas Colorado) bahwa musim dingin tidak mampu mengembalian es yang sebelumnya hilang.

Global Warming disebabkan oleh peningkatan C02, karbon dioksida. Business Insider mengutip National Geographic pada 2013 yang menyebutkan bahwa permukaan air laut bisa naik lebih dari 65 meter jika seluruh es di dua kutub bumi meleleh. Tentu akibat dari hal tersebut adalah tenggelamnya banyak kota dan benua di seluruh dunia serta dapat memusnahkan kehidupan binatang laut di Kutub, misalnya Beruang Kutub dan Pinguin.

Dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Selatan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat. Dan kedua daerah ini sangat vital dalam menjaga agar planet tetap dingin karena es di kutub menjadi perisai bumi dalam menangkis 90% sinar matahari yang menimpa bumi, dan mengembalikannya ke angkasa luar. Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global. Dengan tidak menghentikan tingkat emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi. Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.

Ancaman Di Negara Kepulauan

Ketakutan terhadap efek global warming pun terjadi di Indonesia. Bentuk geografis kepulauan, kepadatan penduduk dan cuaca ekstrem yang terjadi, membuat Indonesia sangat rentan atas ancaman naiknya permukaan air laut. Hal ini pun terjadi pada daerah Demak yang kini sering terjadinya kenaikan air laut. Menurut pakar kelautan dari Universitas Diponegoro Muhammad Helmi penyebab erosi yang terjadi akibat bangunan yang menjorok kepantai atau dapat disebut reklamasi. Bahkan Menurut Ancha Srinivasan dari Bank Pembangunan Asia bahwa permukaan Bandara Soekarno-Hatta yang terletak dekat DKI Jakarta akan tenggelam pada 2030.

Badan Meteorologi Inggris bahkan menyebut cuaca ekstrem di AS dan Inggris disebabkan kenaikan suhu di pesisir Indonesia dan bagian wilayah tropis di barat Pasifik. Atau dengan kata lain, "gangguan" dalam aliran sistem cuaca (jet stream) di Atlantik Utara dan Pasifik, sebagian berasal dari perubahan pola cuaca di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dan berhubungan dengan suhu yang lebih tinggi dari biasanya di wilayah itu.

Pentingnya Kesadaran Manusia Untuk Peduli Akan Kelestarian

Dengan adanya berbagai dampak yang telah disebutkan, pemerintah harus membuat penanganan terpadu untuk pencegahan tenggelamnya pulau-pulau di Indonesia. Tentu mustahil menghentikan tenggelamnya semua pulau yang ada. Tapi pemerintah bisa membuat skala prioritas untuk mencegah tenggelamnya pulau. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan penanaman mangrove merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya erosi.

Tak hanya itu, Para perwakilan negara seperti Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry telah mengunjungi Indonesia. Begitu juga dengan staf ahli Wakil Menteri Luar Negeri Inggris, Sir David King. Hal tersebut merupakan salah satu langkah untuk menjalin kerja sama soal perubahan iklim dan menyelamatkan dunia.

Kita sebagai penerus kehidupan ini harus mulai sadar dan peka dengan kondisi alam yang telah memberikan berbagai kebutuhan yang kita butuhkan selamanya ini. Untuk menjaga alam dari ancaman global warming mulailah dari yang sederhana yaitu dengan cara banyaklah menanam pohon, jangan menebang pohon sembarangan, mengurangi aktivitas yang menyebabkan polusi udara, dan jangan melakukan hal-hal yang bisa merusak alam. (Artikel/ Puji)