(Foto/ Firman)


SEMARANG, KABARFREKUENSI.COM - Pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) bagi mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kembali molor. Hal ini terjadi dalam tiga tahun terakhir. Menurut Fadhol, salah satu pegawai Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK), sistem baru Barrier Gate dinilai menjadi penyebab molornya pembuatan KTM.
“KTM belum bisa dibagikan karena harus dihubungkan terlebih dahulu dengan sistem Barrier Gate. Dan jumlah kartu yang banyak menyebabkan lamanya proses tersebut,” ungkapnya.
Beberapa mahasiswa baru mengeluhkan ketidakjelasan KTM mereka. Sebagian dari mahasiswa mengaku mendapat kesulitan lantaran harus menggunakan KTMS (Kartu Tanda Mahasiswa Sementara) sebagai pengganti KTM asli. Hal itu mereka keluhkan ketika penggunaan KTMS di luar kampus yang sering kali tertolak lantaran KTMS hanya terbuat dari  kertas cetak biasa.
“Penggunaan KTMS dalam bus BRT sering ditolak karena dinilai kurang meyakinkan,” terang Deta, mahasiswa 2018 Jurusan Ilmu Psikologi.
Adanya keterlambatan pembagian kartu mahasiswa di angkatan tiga tahun terakhir juga dibenarkan oleh mahasiswa angkatan 2017 dan 2016.  Seperti yang diungkapkan. Oleh salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika 2017, Nandina Khoiriyyah menuturkan bahwa angkatannya mendapat kartu mahasiswa diawal semester II dan penyebab keterlambatannya tidak diketahui.
“Saya mendapat KTM awal semester II kalo tidak salah,” jelas Nandina.
Hal itu dibenarkan oleh mahasiswa angkatan 2016, Iqbal Nadjib, yang merasa mendapatkan KTM UIN Walisongo di semester II.
“Waktu itu saya semester II baru mendapat KTM, itu sudah sekalian rekening tinggal registrasi ke bank,” terang Iqbal ketika diwawancarai.
Klarifikasi Biro AAKK
Salah satu pihak Biro AAKK, Fadhol mengungkapkan bahwa Bank BRI Syariah selaku pihak penyelenggara pembuatan KTM telah memberikan KTM tersebut kepada pihaknya. Namun, karena adanya sistem baru barrier gate, KTM tersebut belum bisa dibagikan kepada mahasiswa 2018. Pasalnya perlu adanya proses yang panjang untuk penghubungan kartu dalam jumlah yang banyak dengan sistem yang diterapkan.
“Kami bekerja sama dengan BRI Syariah untuk pembuatan KTM. Dan untuk KTM tahun 2018 sudah selesai sekitar dua bulan yang lalu. Hanya saja belum bisa dibagikan karena harus dihubungkan dengan sistem Barrier Gate,” ujarnya.
Pihak AAKK menerangkan bahwa KTM telah diserahkan ke Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) sejak lama. Namun mengenai kebenarannya belum bisa dikonfirmasi ke pihak PTIPD. Pasalnya Kepala Bagian (Kabag) PTIPD UIN Walisongo belum bisa ditemui untuk dimintai keterangan. Dari pihak Biro AAKK sendiri menjelaskan tidak mengetahui kapan KTM bisa dibagikan ke Mahasiswa, lantaran hal itu tergantung PTIPD.
“Dari Bank sudah diserahkan ke kami, hanya jangka waktu satu hari langsung kami serahkan ke PTIPD,” ujar Fadhol saat diwawancarai kru Frekuensi.
Fadhol menambahkan bahwa KTM tersebut nantinya akan multifungsi, karena bisa digunakan sebagai kartu perpustakaan dan kartu belanja di kantin. Hanya saja pihaknya belum bisa memastikan penggunaannya akan sesuai rencana atau tidak.
“KTM bisa sebagai kartu parkir, kartu perpustakaan dan kartu belanja di kantin. Hanya saja perpustakaan dan kantin memanfaatkannya atau tidak kami kurang tahu,” terangnya.
Beberapa mahasiswa menanggapi bahwa lamanya proses pembuatan KTM dalam tiga tahun terakhir menjadi masalah yang mesti dibenahi pada tahun berikutnya. Karena penggunaan KTM dirasa sangat penting dalam administrasi baik di dalam maupun di luar kampus sehingga perlu menyegerakan distribusi KTM kepada semua mahasiswa baru.
“Seharusnya hal tersebut bisa dijadikan otokritik buat kampus supaya setelah registrasi administrasi mahasiswa baru selesai, mahasiswa bisa mendapatkan KTM asli bukan sementara agar tidak boros biaya cetak,” jelas Iqbal.
“Harapan kedepannya ketika mahasiswa sudah melakukan registrasi ulang dan terdaftar sebagai mahasiswa tetap, KTM bisa langsung dibagikan agar bisa langsung digunakan sebagaimana mestinya,” pungkas Deta. (Kabar/ Firman)