Ilustrasi: Google.com


Momen Idulfitri tentu menjadi momen yang selalu dinantikan bagi semua umat Islam, tak terkecuali umat Islam di  Indonesia. Dengan adanya momen ini dimanfaatkan oleh masyarakat perantau untuk kembali ke kampung halaman untuk bertemu dengan keluarga dan melepas rindu setelah tidak berjumpa sekian bulan lamanya. Namun banyak orang yang hanya menantikan perayaan Idulfitri saja tetapi mengesampingkan kewajiban dalam melaksanakan puasa Ramadan, hal ini bisa terjadi karena kesalahan dalam memahami makna Idulfitri itu sendiri. Sebenarnya apakah makna Idulfitri yang sesungguhnya?
Sebagai penyempurna keabsaan perayaan hari raya Idulfitri sudah semestinya kita sebagai umat muslim mengetahui dan memahami makna Idulfitri,  agar kita lebih semangat dalam menyelesaikan ibadah puasa Ramadan sebelum datangnya hari raya tersebut. Idulfitri diambil dari bahasa Arab, yang jika sedikit saja salah penyebutan akan menyebabkan perbedaan arti dan makna dalam bahasa Indonesia. Tentu hal seperti ini dapat menjadi sebab timbulnya misconception apabila tidak segera diperbaiki.
Idulfitri berasal dari dua kata yaitu Idul dan FitriId secara Bahasa berasal dari kata aada – ya’uudu yang artinya kembali. Sedangkan kata Fitri berasal dari kata afhtara – yufthiru yang artinya berbuka atau tidak lagi berpuasa. Sehingga Idulfitri dapat diartikan sebagai kembali berbuka atau kembali tidak berpuasa, tentu dengan adanya momen hari raya mengartikan bahwa puasa Ramadan telah berakhir satu bulan penuh digantikan hari kembali berbuka bersama pada setiap 1 Syawwal.
Dalam masyarakat Idulfitri sendiri sering diartikan sebagai kembali suci. Hal ini selaras dengan adat yang berkembang pada masyarakat Indonesia. Ketika hari raya Idulfitri tiba, umat muslim di seluruh dunia menjalankan Shalat Sunnah Idulfitri. Kemudian kebiasaan yang ada di Indonesia, setiap orang akan keluar rumah menemui sanak, saudara, kerabat, serta tetangga untuk saling meminta maaf.
Namun, pada kenyataannya kata Fitri sangat berbeda arti dengan kata Fitrah, Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa Fitrah merupakan “Kondisi awal penciptaan, dimana manusia diciptakan pada kondisi tersebut.” (Zadul Masir, 3/422). Kata Fitrah ini menjelaskan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kondisi awal ini diyakini secara sudut pandang Islam bahwa manusia telah mengenal Allah sebagai sesembahan yang Esa. Pada saat itu manusia dalam keadaan suci dan belum memiliki dosa satu pun, namun faktor lingkungan akan membawa manusia pada keadaannya masing-masing sehingga terjadi perbedaan agama. 
Sekarang kita mengetahui bahwa kata Fitri dan Fitrah memiliki makna yang berbeda. Apabila Idulfitri diartikan sebagai kembali suci akan kurang tepat sebab suci diartikan dari kata fitrah, sedangkan fitrah hanya terjadi pada kondisi awal penciptaan manusia. Idulfitri lebih cocok diartikan sebagai kembali berbuka sebab momen Idulfitri memang dirayakan setelah umat muslim melaksanakan puasa 1 bulan penuh pada bulan Ramadan dan sebagai pertanda bahwa setelah itu umat muslim kembali tidak diwajibkan untuk menahan makan, minum, dan hal lain yang membatalkan puasa. Wallahu’alam.