Oleh: Diah Mawarni*

Di era teknologi yang memudahkan segala urusan manusia, terkadang membuat kita terlena dengan kenyamanan yang sudah didapatkan. Terutama dalam dunia hiburan, kita dapat mengaksesnya hanya melalui televisi maupun smartphone. Namun, kemudahan akses yang didapatkan justru memiliki beberapa dampak terhadap kehidupan. Apalagi jika hal tersebut terjadi pada kehidupan remaja, karena pada tahap ini mereka sedang mencari jati diri kehidupannya. Melalui tontonan yang mereka lihat setiap hari, bukan tidak mungkin akan berdampak pada kehidupan sosial mereka untuk ke depannya.

Salah satu media yang menjadi sarana hiburan yaitu televisi. Hampir setiap rumah memiliki setidaknya satu televisi untuk menjadi hiburan yang ditonton bersama keluarganya. Televisi sendiri sebenarnya menyediakan berbagai macam tontonan, mulai dari hiburan, informasi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan lainnya. Namun, sektor hiburan cenderung lebih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Tak heran, jika stasiun televisi swasta berlomba-lomba untuk memberikan tayangan hiburan yang dapat menarik minat masyarakat. Karena stasiun televisi swasta bersifat komersial, artinya mereka akan memberikan tayangan untuk mendapatkan jumlah penonton terbanyak agar memeroleh banyak keuntungan.

Dengan banyak hadirnya televisi swasta, tentunya banyak mengahadirkan persaingan diantara mereka untuk merebut hati para penonton. Berbagai macam acara ditayangkan untuk mengetahui acara mana yang dapat menarik minat penonton. Terkadang mereka juga tidak peduli terkait kelayakan dan waktu tayang suatu acara yang seharusnya sesuai dengan batasan usia. Banyak acara dengan kode Remaja Bimbingan Orang tua (R-BO) ditayangkan pada waktu yang dapat dijangkau oleh anak-anak, misalnya pada pukul 18.00 – 21.00 WIB. Terkadang acara dengan kode seperti itu pun sebenarnya kurang layak ditonton oleh remaja karena di dalamnya banyak mengandung adegan kekerasan bahkan pelecehan seksual.

Sebagian masyarakat merasa khawatir dengan berbagai macam tontonan yang ditayangkan di televisi. Karena mereka lebih banyak menyuguhkan tontonan yang berbau kekerasan, seks bebas, dan kehidupan yang konsumtif yang tentunya tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu acara unggulan stasiun televisi swasta yaitu sinetron. Hampir semua stasiun televisi menyuguhkan sinetron sebagai tayangan utama mereka. Waktu penayangannya pun pada waktu-waktu santai saat berkumpul dengan keluarga. Acara sinetron sebenarnya lebih digandrungi oleh kalangan ibu-ibu, tetapi anak dan remaja pun ikut menonton karena mereka sedang berkumpul bersama keluarga dengan hanya satu televisi yang tersedia.

Acara sinetron kebanyakan membahas mengenai kehidupan rumah tangga dan permasalahan percintaan yang sebenarnya tidak sesuai ditonton oleh remaja. Bahkan sinetron yang berlatarkan anak sekolah menengah pun, hanya membahas terkait dunia percintaan dan kekerasan antarpelajar. Seakan hanya hal tersebut yang menjadi ciri khas yang dapat dilihat dari seorang remaja. Jarang sekali sinetron berlatar kehidupan remaja yang membahas terkait pentingnya pendidikan, bagaimana bertindak sebagai remaja yang benar, maupun persahabatan yang baik dalam dunia remaja. Akibatnya, dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai remaja pun berdasar pada apa yang mereka tonton pada sinetron. Hal ini terbukti dengan banyaknya remaja yang terlalu melankolis dalam kehidupannya karena masalah percintaan.

Dilansir dari jurnal “Pengaruh Tayangan Sinetron Remaja Terhadap Karakter Peserta Didik” yang ditulis oleh Sumadin dan Sri Wahyuni, akibat yang ditimbulkan dari tontonan yang tidak sesuai, yaitu tingkah laku remaja yang mengikuti apa yang terjadi dalam sinetron tersebut. Mereka melakukan kekerasan untuk menyerupai seperti apa yang mereka tonton di televisi. Selain itu, mereka juga akan mendapkan pengakuan dari teman sebayanya apabila dapat melakukan hal tersebut. Semua itu mereka tiru dari adegan sinetron yang mereka tonotn. Walaupun tidak semua remaja terpengaruh dari apa yang mereka tonton, hal ini dapat membahayakan karakter dan kehidupan sosial remaja itu sendiri.

Remaja juga menjadi malas untuk melakukan aktivitas lainnya karena lebih senang untuk menonton televisi. Karena tayangan sinetron di televisi dibuat agar penonton penasaran dan terus menontonnya untuk episode-episode selanjutnya. Hal ini dapat menimbulkan ketergantungan remaja terhadap sinetron dan kemudian melupakan aktivitas lainnya, seperti belajar dan beribadah. Akibatnya remaja jadi kurang produktif dan kurang dapat mengembangkan bakat yang dimiliki. Selain itu, mereka jadi kurang bersosialisasi dengan teman disekitarnya.

Sebenarnya, banyak sekali hal yang patut disorot dari kehidupan remaja yang dapat dijadikan tontonan yang baik. Seperti aspek pendidikan, persahabatan, dan bagaimana cara remaja seharusnya menyikapi berbagai kejadian yang marak terjadi di kehidupan sekitar. Sebagai contoh yaitu sinetron berjudul “Aku Anak Indonesia” yang tayang pada tahun 2015 lalu. Dalam sinetron ini lebih banyak memotret kehidupan remaja dari sisi lain, yaitu berfokus ke bagaimana seharusnya sebagai anak Sekolah Menengah Atas (SMA) bertindak dalam menyikapi kejadian yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di kehidupan masyarakat. Namun, sinetron ini tidak dapat bertahan lama karena kurangnya minat dari masyarakat khususnya remaja untuk menonton sinetron tersebut.

Dari beberapa hal di atas, terlihat bahwa remaja lebih berminat dengan sinetron yang berlatar dunia percintaan daripada sinetron yang dapat mendidik. Mungkin itulah salah satu penyebab langkanya sinetron mendidik yang ditayangkan. Pada akhirnya, semua stasiun televisi pun menayangkan sinetron yang berlatar dunia percintaan karena lebih banyak peminatnya. Para remaja pun sudah terbiasa untuk menonton sinetron tersebut dan mulai melupakan jati diri sebenarnya, yaitu remaja sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini terus berlarut-larut sampai terbentuk kepribadian remaja sesuai dengan tontonan yang mereka lihat setiap harinya.

Pada intinya, tontonan di televisi banyak sekali yang kurang layak ditonton terutama acara sinetron. Seharusnya waktu penayangan sinetron lebih diperhatikan, agar acara yang kurang layak ditonton tidak dapat dijangkau remaja. Selain itu, stasiun televisi swasta seharusnya lebih banyak menayangkan acara televisi yang edukatif dan memberikan dampak yang positif untuk remaja. Karena tayangan televisi sangat berpotensi ditiru dan dijadikan contoh untuk bertindak dalam kehidupan sosial remaja.

 

* Kru Magang LPM Frekuensi, Jurusan Pendidikan Matematika