Semarang, KABARFREKUENSI.COM-Sebuah tragedi memilukan terjadi di jalan raya ibu kota pada 28
Agustus lalu. Seorang pengemudi ojek
online (ojol) bernama Affan Kurniawan meninggal dunia setelah terlindas mobil
taktis milik satuan Brimob. Peristiwa ini sontak mengundang perhatian publik,
baik dari warga sekitar, komunitas ojek online, hingga warganet yang ramai
membicarakannya di media sosial.
Menurut keterangan sejumlah
saksi saat demo, insiden terjadi pada saat arus lalu lintas sedang padat. Saat itu,
Affan melintas seperti hendak menyeberang jalan. Naas, sebuah mobil taktis
Brimob melaju cepat hingga tidak sempat menghindar dan langsung melindas tubuh Affan.
Seorang pengendara motor
yang berada di Lokasi, Andi (32), mengaku menyaksikan langsung momen tragis
itu. “Awalnya jalanan macet banget, terus ada mobil Brimob yang coba menerobos
agak kencang. Korban tiba-tiba melintas, mungkin mau nyebrang. Eh, langsung
terlindas. Kami semua kaget, warga histeris, ada yang teriak-teriak mi nta mobil
berhenti,” ujarnya, dikutip dari kanal Kompas TV di Youtube.
Sesaat setelah kejadian itu,
warga bersama pengendara lain berusaha menolong korban. Namun, kondisi Affan telah
kritis. Ia segera dibawa ke rumah sakit terdekat, tetapi nyawanya tidak dapat
diselamatkan.
Peristiwa ini menimbulkan
tanda tanya besar. Kapolres setempat mengonfirmasi bahwa pihaknya telah
menerima laporan dan sedang mendalami kasus tersebut. “Betul ada insiden
kecelakaan yang melibatkan kendaraan Brimob dan seorang pengendara motor. Saat
ini, kami melakukan pemeriksaan saksi-saksi serta mengumpulkan bukti di
lapangan. Prosesnya akan kami lakukan secara transparan,” jelasnya dalam
keterangan resmi, sebagaimana ditayangkan Kompas TV.
Pihak Brimob sendiri belum
memberikan keterangan detail, namun menyatakan siap mengikuti proses
investigasi.
Kabar duka ini segera menyebar di media sosial. Tagar #KeadilanUntukAffan bahkan mulai ramai digunakan oleh warganet sebagai bentuk solidaritas dan desakan agar kasus ini tidak berhenti di tengah jalan. Banyak yang menilai, nyawa seorang pengemudi ojol sama berharganya dengan warga lain, sehingga perlu ada akuntabilitas dari pihak berwenang.
Desakan serupa datang dari Koalisi Pemerhati Hukum dan HAM Banyumas. Dalam pernyataan sikapnya, mereka menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Affan sekaligus mendesak adanya evaluasi menyeluruh atas insiden ini. Proses hukum yang adil dan transparan terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab, serta investigasi independen guna menjamin akuntabilitas intitusi, sebagaimana dilaporkan IndieBanyumas.com.
Muhammad Akbar, pemerhati transportasi, menilai kepergian Affan bukan sekadar tragedi individual, tetapi simbol keresahan yang selama ini terpendam di kalangan pengemudi ojol. “Di balik peran praktisnya, kehadiran ojol juga menyingkap kelemahan sistemik dalam tata kelola transportasi kita: belum tuntasnya pembangunan angkutan umum massal, buruknya integrasi antarmoda, serta lemahnya perlindungan bagi jutaan pekerja informal. Kepergiannya menjelma menjadi simbol keresahan yang selama ini terpendam,” ujar Akbar, sebagaimana dilaporkan Republika.
Hingga saat ini, jenazah
Affan telah dimakamkan di TPU dekat kediamannya dengan diiringi tangisan
keluarga dan rekan-rekan dekatnya. Doa serta dukungan terus mengalir, sementara
masyarakat menantikan hasil penyelidikan resmi dari kepolisian. Peristiwa
tragis ini meninggalkan pelajaran pahit: bahwa keselamatan di jalan raya harus
menjadi prioritas, tanpa terkecuali baik untuk masyarakat biasa maupun
kendaraan dinas.
Kabar: Devita Mutiara Putri (Kru Magang LPM Frekuensi 24)
Editorial: Santi Alfifat Khurosyidah (Kru LPM Frekuemsi 23)
0 Komentar