Semarang, KABARFREKUENSI.COM-Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) telah memberikan dampak yang signifikan dalam dunia pendidikan, termasuk di kalangan mahasiswa. AI kini menjadi salah satu instrumen penting untuk menunjang kegiatan akademik, mulai dari pencarian literatur, analisis data, hingga simulasi pembelajaran berbasis digital. Mahasiswa dapat memanfaatkan AI untuk mempercepat proses penelitian dengan bantuan perangkat analitik yang mampu mengolah data dalam jumlah besar secara efisien. Selain itu, AI juga membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan menyediakan akses informasi yang lebih luas. Pemanfaatan ini selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 4 tentang Pendidikan Berkualitas, yang menekankan pemerataan akses pendidikan berkualitas bagi semua pihak (UNESCO, 2020). Dengan AI, hambatan jarak dan keterbatasan sumber daya dapat dikurangi, sehingga pembelajaran semakin inklusif.
Di sisi lain, AI juga memberikan kontribusi nyata dalam mendukung SDG 9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Mahasiswa sebagai agen perubahan dapat menggunakan AI untuk mengembangkan proyek-proyek inovatif, baik dalam bentuk aplikasi, penelitian, maupun start-up berbasis teknologi. Hal ini sejalan dengan tuntutan era Society 5.0 yang menekankan integrasi manusia dengan teknologi cerdas (Fukuyama, 2018).
Melalui proyek berbasis AI, mahasiswa dapat menghasilkan inovasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan, misalnya aplikasi kesehatan berbasis AI, sistem manajemen lingkungan, maupun pemodelan prediksi bencana. AI tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu akademik, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan mahasiswa dalam berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di lingkup yang lebih luas.
Selain aspek inovasi, pemanfaatan AI oleh mahasiswa juga memiliki keterkaitan erat dengan SDG 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Mahasiswa yang menguasai keterampilan AI akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif dan terdigitalisasi.
AI dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan portofolio kerja, pelatihan keterampilan digital, hingga simulasi wawancara berbasis algoritma. Dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di bidang teknologi, penguasaan AI membuka peluang bagi mahasiswa untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Hal ini mendukung misi SDG 8 yang berfokus pada peningkatan produktivitas dan akses kerja layak. AI dapat dipandang sebagai salah satu katalis yang memperkuat kesiapan mahasiswa menghadapi tantangan ekonomi global.
Di sisi lingkungan, keterkaitan pemanfaatan AI dengan SDG 13 tentang Penanganan Perubahan Iklim juga sangat relevan. Mahasiswa dapat memanfaatkan AI untuk melakukan penelitian terkait mitigasi perubahan iklim, seperti pemodelan cuaca ekstrem, analisis data emisi karbon, atau monitoring kualitas udara. Pemanfaatan AI di bidang ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkontribusi langsung terhadap isu global yang mendesak. Dalam konteks ini, mahasiswa tidak hanya menjadi penerima manfaat teknologi, tetapi juga aktor penting dalam pencarian solusi berkelanjutan. Melalui riset berbasis AI, mereka dapat menghasilkan data dan rekomendasi yang bermanfaat bagi pengambilan kebijakan di tingkat lokal maupun nasional. AI mendukung mahasiswa dalam memainkan peran aktif terhadap keberlanjutan lingkungan.
AI juga dapat membantu mahasiswa dalam mendukung SDG 10 tentang Pengurangan Ketimpangan. Melalui akses pembelajaran daring berbasis AI, mahasiswa dari berbagai latar belakang ekonomi dan sosial dapat memperoleh kesempatan belajar yang setara. Aplikasi seperti adaptive learning system memungkinkan personalisasi materi sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar individu. Hal ini dapat membantu mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan antar mahasiswa, baik di perkotaan maupun daerah terpencil (Holmes et al., 2021). Dengan AI, distribusi ilmu pengetahuan menjadi lebih merata dan inklusif, serta mendukung pencapaian target pengurangan kesenjangan dalam pendidikan tinggi. Oleh karena itu, pemanfaatan AI dalam dunia mahasiswa dapat menjadi instrumen pemerataan kesempatan belajar yang efektif.
Namun, pemanfaatan AI juga memiliki tantangan etis dan sosial yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa. Salah satu isu penting adalah privasi data, mengingat sebagian besar aplikasi AI membutuhkan akses data pribadi pengguna. Selain itu, potensi ketergantungan pada teknologi juga perlu diantisipasi agar mahasiswa tetap memiliki keterampilan berpikir kritis tanpa sepenuhnya bergantung pada AI. Tantangan lain adalah keterbatasan infrastruktur digital di Indonesia yang masih belum merata, sehingga akses terhadap teknologi AI belum sepenuhnya inklusif. Oleh karena itu, mahasiswa perlu bijak dalam memanfaatkan AI dengan mempertimbangkan aspek etika, sosial, dan regulasi. Hal ini sejalan dengan SDG 16 tentang Institusi yang Kuat, yang menekankan pentingnya keadilan, transparansi, dan perlindungan hak individu dalam penggunaan teknologi.
Pemanfaatan AI dalam dunia mahasiswa memiliki potensi besar dalam mendukung pencapaian berbagai tujuan SDGs. AI dapat meningkatkan kualitas pendidikan, mendukung inovasi, memperluas peluang kerja, memberikan solusi terhadap isu lingkungan, hingga mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan. Namun, pemanfaatan tersebut harus disertai kesadaran etis, keterampilan digital, serta dukungan infrastruktur yang memadai. Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki tanggung jawab untuk menggunakan AI secara produktif dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, integrasi AI ke dalam kehidupan akademik mahasiswa bukan hanya mendukung pencapaian tujuan pribadi, tetapi juga turut berkontribusi terhadap agenda global untuk menciptakan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Kabar: Siti Qummariyah (Kru LPM Frekuensi 23)
Editorial: Santi Alfifat Khurosyidah (Kru LPM Frekuensi 23)
0 Komentar