(Foto/ Dokumen Panitia)

SEMARANG, KABARFREKUENSI.COM—Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang sukses menerbitkan sepuluh buku ber-ISBN pada tahun 2019. Buku-buku tersebut diperkenalkan dan dibedah langsung oleh para penulis dan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) beserta jajarannya pada Selasa siang (17/12). Acara tersebut dihadiri oleh seratus lebih audiens yang terdiri dari para civitas academica FST.

Acara lauching dan bedah buku bertema “Membangun Peradaban Melalui Generasi Milenial dan Budaya Literasi” yang diselenggarakan di Auditorium 1 lantai 2 UIN Walisongo Semarang ini diapresiasi dengan sangat baik oleh Dekan FST, Ismail. Ia menuturkan bahwa acara ini selaras dengan Program Budaya Literasi dan Publikasi Nasional/Internasional yang dicanangkan dan dilaksanakan sejak tahun 2018.

“Pada tahun ini, jumlah buku karya mahasiswa yang ber-ISBN meningkat, dari 8 buku (2018) menjadi 10 buku (2019). Budaya literasi ini perlu digalakkan secara masif tiap tahunnya, bila perlu digencarkan untuk semua jurusan di FST,” ucap Ismail dalam sambutannya.

Penerbitan buku-buku tersebut berawal dari tugas mata kuliah Dasar-dasar Jurnalistik yang diampu oleh Nanang Qosim. Dalam perkuliahan tersebut, mahasiswa dituntut lebih banyak praktik (70%) dibandingkan teori (30%). Dalam pembuatan karya, satu buku ditulis secara kolektif oleh 8-10 mahasiswa.

“Awalnya perkuliahan Jurnalistik cukup memberatkan. Namun seiring berjalannya waktu, saya bisa menikmati proses menulis karena dibimbing langsung oleh dosen yang berkompeten. Apalagi saat buku sudah terbit, rasanya sangat senang sekali dan bangga,” ungkap Ilham, salah satu mahasiswa Pendidikan Matematika.

Karya mahasiswa yang terbit antara lain berjudul Menggugah Marwah Saintis, Kampus dalam Pusaran Radikalisme: Benarkah?,Kiprah Mahasiswa (Sebuah Catatan Dialektika Kritis Mahasiswa), Cermin Bacaanmu Refleksi Dirimu, Kiss Me (Kisah Inspiratif Mahasiswa Masa Kini), Teropong Milenial (Milenial dari Berbagai Sudut Pandang), Save Our Generation, Pesona 5.0 (Topeng di Balik Generasi 5.0), Diary Mahasiswa, dan Kuliah Kerja Nikah.

Nanang, dosen sekaligus editor karya tersebut berharap agar mahasiswa sekarang harus mampu menularkan ide atau gagasannya kepada khalayak agar bermanfaat dan menjadi amal jariyah. Di sisi lain, menurutnya, ilmu itu harus senantiasa diikat dengan tulisan agar bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.

“Mari bersama-sama kita gelorakan budaya menulis. Jangan berhenti pada kesempatan kali ini saja. Kalau hari ini merasa minder saat bukunya dibedah dan tidak berani menulis lagi maka bisa disebut sebagai mahasiswa yang labil, bukan Agent of Change,” ajak Nanang saat menggaungkan budaya literasi. (Kabar/ Miskat)