(Sumber: Dokumentasi pribadi


Semarang, KABARFREKUENSI.COM - Ricuh terjadi di tengah debat kandidat Calon Ketua dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Senin (27/11). Debat yang awalnya berlangsung tenang terpaksa terhenti karena kericuhan yang dipicu oleh unjuk rasa dari sejumlah mahasiswa.

Mahasiswa-mahasiswa ini menyampaikan protes keras terhadap kinerja Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) dengan tuntutan yang menggebu, diantaranya yaitu:K 1) ketidakjelasan regulasi KPM; 2) kurangnya sosialisasi terkait pemilihan umum mahasiswa; dan 3) ketidakhadiran euforia pemilihan umum di kalangan mahasiswa. 

Para mahasiswa yang melakukan unjuk rasa membawa spanduk bertuliskan, "PEMILWA 2023 CACAT, KPM TIDAK BECUS, GANTI KETUA KPM", sebagai bentuk protes. Aksi unjuk rasa berhasil menembus lokasi debat sehingga Ketua KPM harus diamankan karena kericuhan yang tak terkendali, termasuk lemparan barang dan kejar-kejaran. Situasi berakhir dalam kekacauan dan debat kandidat dibubarkan karena sudah tidak kondusif.

Hal yang mendasari mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa yaitu adanya regulasi yang dibuat oleh KPM tanpa kejelasan dalam pelaksanaan pemilwa sehingga sering kali regulasi diubah secara mendadak yang menyebabkan kurangnya sosialisasi.

"Besok sudah mulai masuk pemilihan dan masih belum ada kejelasan baik itu sistematisnya bagaimana dan dimana. Karena itu kita menanyakan kesiapan dari KPM dalam pemilwa kali ini. Jika di rasa belum siap lebih baik di undur. Ketika ini masih di jalankan, terlalu tergesa-gesa dan mencacatkan demokrasi yang ada di UIN sendiri. Dan kita juga menuntut kepada KPM jika tidak sanggup menjalankan lebih baik mundur saja dari KPM," ujar mahasiswa berinisial R, selaku salah satu pengunjuk rasa.

Tak hanya itu, mahasiswa lain yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa juga memperkuat hal tersebut.

"Tentunya, unjuk rasa yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa ini berkaitan dengan kekhawatiran terhadap kinerja KPM yang dianggap kurang efektif dalam menyelenggarakan kegiatan KPM. Hal ini tercermin dari beberapa masalah seperti ketidakjelasan timeline, perubahan jadwal yang tiba-tiba serta minimnya sosialisasi terkait hari pemilihan," ungkap mahasiswa dengan inisial N.


(Kabar/Kontributor