![]() |
Sumber Dokumentasi : Radar Semarang-Jawa Post |
Semarang kembali menjadi saksi nyata aksi mahasiswa yang turun ke jalan untuk menyuarakan berbagai tuntutan. Ribuan mahasiswa yang terdiri dari berbagai universitas di Kota Semarang, seperti Undip (Universitas Negeri Diponegoro), Unnes (Universitas Negeri Semarang), UIN Walisongo menggelar demonstrasi bertajuk Semarang Menggugat di Jalan Pahlawan pada Selasa (18/2/2025).
Aksi ini berangkat dari keresahan mereka terhadap berbagai kebijakan pemerintah, termasuk persoalan subsidi LPG yang dinilai semakin membebani masyarakat, efisiensi anggaran yang berdampak pada pemotongan dana pendidikan, serta isu beasiswa yang terancam dipotong akibat kebijakan tersebut. Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah untuk mengevaluasi secara menyeluruh Proyek Strategis Nasional (PSN) dan segera mengesahkan RUU Masyarakat Hukum Adat. Mahasiswa juga menyerukan penolakan terhadap pemberian konsesi tambang kepada perguruan tinggi, menolak segala bentuk militerisasi dalam ranah sipil, serta menekankan pentingnya peningkatan alokasi anggaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan.
Aksi ini mendapat perhatian serius dari aparat keamanan. Menurut Radar Semarang, sebanyak 1.167 personel gabungan dari Polrestabes Semarang disiagakan di Jalan Pahlawan dan sekitar Kantor Gubernur Jawa Tengah. Personel tersebut terdiri dari anggota Polrestabes Semarang, Ditsamapta, dan Satbrimob Polda Jateng, serta didukung oleh beberapa polres terdekat, seperti Demak, Kudus, Semarang, Kendal, Grobogan, dan Batang. Pihak kepolisian berharap aksi penyampaian pendapat berlangsung lancar dan damai tanpa menimbulkan kerugian, sehingga situasi Kota Semarang tetap kondusif.
Banyak media sosial yang ikut menyoroti aksi unjuk rasa dari para mahasiswa ini, salah satunya adalah akun @Beritajateng.TV. Video yang yang berdurasi 01.33 menit tersebut mendapatkan beberapa komentar pro dan kontra. Salah satu akun yang menyampaikan dukungannya ditulis oleh @ndayak yang berbunyi “ Ini baru benar2 mahasiswa yg sejati.. Cerdas, berwawasan luas & berguna unt Bangsa/ Negara…”
Menariknya, aksi seperti ini seakan menjadi cerminan dari siklus yang terus berulang: mahasiswa turun ke jalan, menyuarakan tuntutan, lalu kembali ke kampus dengan harapan pemerintah mendengar. Namun, seberapa jauh suara mereka benar-benar sampai ke meja kebijakan? Apakah aksi ini akan menghasilkan perubahan nyata, atau hanya sekadar menjadi catatan sejarah lain dari perjuangan mahasiswa?
Yang jelas, semangat kritis mahasiswa tetap menjadi warna penting dalam demokrasi. Jika pemerintah tidak segera merespons dengan kebijakan yang lebih berpihak pada masyarakat, bukan tidak mungkin aksi serupa akan terus menggema di berbagai kota lain.
Penulis : Dian Nur Hanifah (LPM Frekuensi 2023)
Editor : Salsabila S.W
0 Komentar